Bimbingan Belajar dan Balai Pengajian Gratis

Persiapan membuat celengan dari bahan barang bekas

            Ide awalnya hanya untuk membuat kelompok belajar 10-15 anak untuk putra pertama Ahmad Arif dan Riski Sopya yang sedang berada di kelas 2 SDN 22 Neusu, Banda Aceh.Juga untuk meminimalisir dampak negative lingkungan.
            Saat itu, terdapat 5 titik tongkorangan anak-anak selepas pulang sekolah hingga malam hari.Yang namanya tongkrongan, bahasa kasar dan kotor menjadi khas mereka.Juga perlahan tapi pasti tercipta gangster yang memicu konflik.
            Saat dimulai 8 April 2013 lalu, bukan 15 anak yang hadir, tapi 22.Kegiatan itu dilakukan di rumah Riski Sopya bertype 36 yang dibangun oleh NGO asal Kuwait untuk korban selamat dari bencana tsunami.
            Jumlah peserta terus melonjak. Di akhir pekan pertama, 40 anak usia TK, SD hingga SMP yang ikut belajar dan bermain bersama. Tentu hal tersebut berdampak pada pembengkakan biaya operasional.Sebab, sejak hari pertama dimulai, semua perlengkapan belajar kita sediakan. Bahkan, seusai belajar, setiap anak mendapatkan makanan ringan seperti wafer tango, permen, biscuit dan semacamnya yang murah meriah; harga satuannya antara Rp 500 hingga Rp 1.000.
            Hingga kini (Juli 2015) lebih dari 150 anak yang mendaftar dengan 20 orang pengajar. Jadwal belajar pun beberapa kali berubah disesuaikan dengan kondisi anak-anak.
            Pertama kali mereka belajar Senin hingga Sabtu, pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Tertulis jam 2 siang, namun mereka telah ramai hadir sejak pukul 13.00 WIB. Sebelum dimulai kegiatan belajar, mereka membacai bacaan anak-anak.Atau memainkan bermacam puzzle.Tak sedikit pula yang mewarnai dan menggambar.
            Kedua, mereka belajar pada hari yang sama, namun waktunya dipindahkan ke malam; selepas maghrib hingga pukul 20.30 WIB. Ketiga, ini yang berjalan hingga sekarang adalah mulai pukul 15.30 hingga 17.00 WIB.

            Karena 90% peserta bimbingan belajar dan pengajian RUMAN merupakan anak-anak tongokrongan. Maka, target utama kita bukan pada prestasi akademik. Namun, memperbaiki perangai kasar mereka. Lalu, mengokohkan nilai moral dan kepatutan sosial yang berlaku di tengah masyarakat Aceh yang religis.
Kegiatan belajar mengajar anak bimbel Ruman Aceh
Belajar Mengaji
Anak-anak bimbel melakukan sholat berjamaah
anak-anak bimbel sedang latihan menari
Anak-anak sedang membuat celengan dari barang bekas

Komentar